Jumat, 18 Februari 2011

Email dari Seorang Ibu yang Kecewa...


Tak sengaja nemu file pdf yang isinya curhatan seorang ibu yang menyayat hati... berikut isinya:

Vaksin Penyebab Autis
Buat para Pasangan MUDA. om dan tante yg punya keponakan... atau bahkan calon ibu ... perlu nih dibaca ttg autisme.. Bisa di share kepada yang masih punya anak kecil supaya ber-hati2........ Setelah kesibukan yang menyita waktu, baru sekarang saya bisa dapat waktu luang membaca buku "Children with Starving Brains" karangan Jaquelyn McCandless,MD yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh Grasindo. Ternyata buku yang saya beli di toko buku Gramedia seharga Rp. 50,000,- itu benar-benar membuka mata saya, dan sayang, sayang sekali baru terbit setelah anak saya Joey (27 bln) didiagnosa mengidap Autisme Spectrum Disorder. Bagian satu, bab 3, dari buku itu benar-benar membuat saya menangis. Selama 6 bulan pertama hidupnya (Agustus 2001 - Februari 2002), Joey memperoleh 3 kali suntikan vaksin Hepatitis B, dan 3 kali suntikan vaksin HiB. Menurut buku tersebut (halaman 54 - 55) ternyata dua macam vaksin yang diterima anak saya dalam 6 bulan pertama hidupnya itu positif mengandung zat pengawet Thimerosal, yang terdiri dari Etilmerkuri yang menjadi penyebab utama sindrom Autisme Spectrum Disorder yang meledak pada sejak awal tahun 1990 an. Vaksin yang mengandung Thimerosal itu sendiri sudah dilarang di Amerika sejak akir tahun 2001.Alangkah sedihnya saya, anak yang saya tunggu kehadirannya selama 6 tahun, dilahirkan dan divaksinasi di sebuah rumahsakit besar yang bagus, terkenal, dan mahal di Karawaci Tangerang, dengan harapan memperoleh treatment yang terbaik, ternyata malah "diracuni" oleh Mercuri dengan selubung vaksinasi. Beruntung saya masih bisa memberi ASI sampai sekarang, sehingga Joey tidak menderita Autisme yang parah. Tetapi tetap saja, sampai sekarang dia belum bicara, harus diet pantang gluten dan casein, harus terapi ABA, Okupasi, dan nampaknya harus dibarengi dengan diet supplemen yang keseluruhannya sangat besar biayanya.Melalui e-mail ini saya hanya ingin menghimbau para dokter anak di Indonesia, para pejabat di Departemen Kesehatan, tolonglah baca buku tersebut diatas itu, dan tolong musnahkan semua vaksin yang masih mengandung Thimerosal. Jangan sampai (dan bukan tidak mungkin sudah terjadi) sisa stok yang tidak habis di Amerika Serikat tersebut diekspor dengan harga murah ke Indonesia dan dikampanyekan sampai ke puskesmas-puskesmas seperti contohnya vaksin Hepatitis B, yang sekarang sedang giat-giatnya dikampanyekan sampai ke pedesaan. Kepada
para orang tua dan calon orang tua, marilah kita bersikap proaktif, dan assertif dengan menolak vaksin yang mengandung Thimerosal tersebut, cobalah bernegosiasi dengan dokter anak kita, minta vaksin Hepatitis B dan HiB yang tidak mengandung Thimerosal. Juga tolong e-mail ini diteruskan kepada mereka yang akan menjadi orang tua, agar tidak mengalami nasib yang sama seperti saya. Sekali lagi, jangan sampai kita kehilangan satu generasi anak-anak penerus bangsa, apalagi jika mereka datang dari keluarga yang berpenghasilan rendah yang untuk makan saja sulit apalagi untuk membiayai biaya terapi supplemen, terapi ABA, Okupasi, dokter ahli Autisme (yang daftar tunggunya sampai berbulan-bulan), yang besarnya sampai jutaaan Rupiah perbulannya. Terakhir, mohon doanya untuk Joey dan ratusan, bahkan ribuan teman- teman senasibnya di Indonesia yang sekarang sedang berjuang membebaskan diri dari belenggu Autisme. "Let's share with others... Show them that WE care!"

Sabtu, 12 Februari 2011

Penerimaan Proposal PKM-AI dan PKM-GT Tahun 2011

nih bwat teman2 yang mau ikut PKM-AI dan PKM-GT...ada sedikit info dari direktur oenelitian dan pengabdian Masyarakat DIKTI:


Written by P2M   
Friday, 14 January 2011 16:36
Kepada Yth : Rektor/Ketua/Direktur Perguruan Tinggi Negeri,
Koordinator Kopertis Wilayah I s.d XII
di
Seluruh Indonesia.

Bersama ini dengan hormat kami sampaikan bahwa, Direktorat Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat, Ditjen Pendidikan Tinggi memberi kesempatan
kepada mahasiswa perguruan tinggi negeri maupun swasta untuk mengajukan
usulan proposal Program Kreativitas Mahasiswa Karya Tulis (PKM-KT) yaitu :
Program Kreativitas Mahasiswa Artikel Ilmiah (PKM-AI) dan Program Kreativitas
Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT) yang akan didanai tahun 2011.

Perlu kami informasikan bahwa pedoman pengajuan usulan proposal dan tata cara
pengiriman proposal ke Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
(DP2M) dapat di download pada website : http://dikti.kemdiknas.go.id, dengan
headline : Pedoman PKM 2010 Revisi.

Sehubungan hal tersebut di atas kami mohon bantuan Saudara berkenan
menginformasikan program dimaksud kepada mahasiswa di perguruan tinggi
Saudara, dengan persyaratan sebagai berikut :
1. Setiap usulan proposal dibuat rangkap 2 (dua);

2. Surat pengantar resmi dari perguruan tinggi dengan dilampirkan print out rekap
daftar seluruh proposal dari Perguruan Tinggi Saudara sesuai form terlampir, dan
dikirimkan ke alamat :

Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Gedung Dikti Lt.4, Jl. Jend. Sudirman Pintu Satu Senayan, Jakarta.

3. Sedangkan file rekap daftar seluruh proposal dari Perguruan Tinggi Saudara
tersebut mohon dikirim via email ke alamat : pkm.dp2m@dikti.go.id,
cc: tantointer@gmail.com

4. Batas waktu pengajuan usulan selambat-lambatnya tanggal 10 Maret 2011 pukul
16.00 WIB.

Apabila pengiriman proposal dan email rekapitulasi data proposal lewat dari batas
waktu yang telah ditentukan, maka proposal dari perguruan tinggi Saudara tidak akan
diproses.

Atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.

Direktur Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat,
ttd
Suryo Hapsoro Tri Utomo
NIP. 195609011985031003


lampiran file:
surat edaran
FormatRekapPKM2011.xls

Jumat, 11 Februari 2011

Kenalan Dengan si Enterobacter sakazakii

Minggu-minggu ini nama bakteri Enterobacter sakazakii ramai dibicarakan. Hal ini terkait susu formula yang tercemar dengan bakteri ini. Bakteri apa sih Enterobacter sakazakii itu? apa bahayanya bila terkonsumsi oleh bayi? Nah kali ini penulis akan mencoba ikut meramaikan berita tentang Enterobacter sakazakii melalui artikel di bawah ini...semoga bermanfaat!

Enterobacter sakazakii

E. sakazakii pertama kali ditemukan pada 1958 pada 78 kasus bayi dengan infeksi meningitis. Sejauh ini juga dilaporkan beberapa kasus yang serupa pada beberapa negara. Meskipun bakteri ini dapat menginfeksi pada segala usia, risiko terbesar terkena adalah usia bayi. Peningkatan kasus yang besar dilaporkan terjadi di bagian Neonatal Intensive Care Units (NICUs) beberapa rumah sakit di Inggris, Belanda, Amerika, dan Kanada.

Di Amerika Serikat angka kejadian infeksi E. sakazakii yang pernah dilaporkan adalah 1 per 100.000 bayi. Terjadi peningkatan angka kejadian menjadi 9,4 per 100.000 pada bayi dengan berat lahir sangat rendah (< style="margin-top: 0px; margin-right: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; padding-top: 0px; padding-right: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; list-style-type: none; list-style-position: initial; list-style-image: initial; ">E. sakazakii. E. sakazakii adalah suatu kuman jenis gram negatif dari keluarga enterobacteriaceae. Organisme ini dikenal sebagai yellow pigmented Enterobacter cloacae. Pada 1980, bakteri ini diperkenalkan sebagai bakteri jenis yang baru berdasarkan pada perbedaan analisis hibridasi DNA, reaksi biokimia dan uji kepekaan terhadap antibiotika. Disebutkan, dengan hibridasi DNA menunjukkan E. sakazakii 53-54 persen dikaitkan dengan 2 spesies yang berbeda genus, yaitu Enterobacter dan Citrobacter.

Pada penelitian tahun 2007, beberapa peneliti mengklarifikasi kriteria taxonomy dengan menggunakan cara lebih canggih, yaitu dengan f-AFLP, automated ribotyping, full-length 16S rRNA gene sequencing and DNA-DNA hybridization. Hasil yang didapatkan adalah klasifikasi alternatif dengan temuan genus baru, yaitu Cronobacter yang terdiri dari 5 spesies.

Hingga saat ini tidak banyak diketahui tentang virulensi dan daya patogeniotas bakteri berbahaya ini. Bahan enterotoxin diproduksi oleh beberapa jenis strain kuman. Dengan menggunakan kultur jaringan, diketahui efek enterotoksin dan beberapa strain tersebut. Didapatkan 2 jenis strain bakteri yang berpotensi sebagai penyebab kematian, sedangkan beberapa strain lainnya non-patogenik atau tidak berbahaya. Hal inilah yang mungkin menjelaskan kenapa sudah ditemukan demikian banyak susu terkontaminasi, tetapi belum banyak dilaporkan terjadi korban terinfeksi bakteri tersebut.

Meskipun sangat jarang, infeksi karena bakteri ini dapat mengakibatkan penyakit yang sangat berbahaya sampai dapat mengancam jiwa, di antaranya adalah neonatal meningitis (infeksi selaput otak pada bayi), hidrosefalus (kepala besar karena cairan otak berlebihan), sepsis (infeksi berat) , dannecrotizing enterocolitis (kerusakan berat saluran cerna). Sedangkan pada beberapa kasus dilaporkan terjadi infeksi saluran kencing.

Secara umum, tingkat kefatalan kasus (case-fatality rate) atau risiko untuk dapat mengancam jiwa berkisar antara 40-80 persen pada bayi baru lahir yang mendapat diagnosis infeksi berat karena penyakit ini. Infeksi otak yang disebabkan karena E. sakazakii dapat mengakibatkan infark atau abses otak (kerusakan otak) dengan bentukan kista, gangguan persarafan yang berat dan gejala sisa gangguan perkembangan.

Gejala yang dapat terjadi pada bayi atau anak di antaranya adalah diare, kembung, muntah, demam tinggi, bayi tampak kuning, kesadaran menurun (malas minum, tidak menangis), mendadak biru, sesak hingga kejang. Bayi prematur, berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500 gram) dan penderita dengan gangguan kekebalan tubuh adalah individu yang paling berisiko untuk mengalami infeksi ini. Meskipun juga jarang bakteri patogen ini dapat mengakibatkan bakterimeia dan osteomielitis (infeksi tulang) pada penderita dewasa. Pada penelitian terakhir didapatkan kemampuan 12 jenis strain E. sakazakii untuk bertahan hidup pada suhu 58 derajat celsius dalam pemanasan rehidrasi susu formula.

Pencemaran

Terjadinya kontaminasi bakteri dapat dimulai ketika susu diperah dari puting sapi. Lubang puting susu memiliki diameter kecil yang memungkinkan bakteri tumbuh di sekitarnya. Bakteri ini ikut terbawa dengan susu ketika diperah. Meskipun demikian, aplikasi teknologi dapat mengurangi tingkat pencemaran pada tahap ini dengan penggunaan mesin pemerah susu (milking machine) sehingga susu yang keluar dari puting tidak mengalami kontak dengan udara.

Pencemaran susu oleh mikroorganisme lebih lanjut dapat terjadi selama pemerahan (milking), penanganan (handling), penyimpanan (storage), dan aktivitas pra-pengolahan (pre-processing) lainnya. Mata rantai produksi susu memerlukan proses yang steril dari hulu hingga hilir sehingga bakteri tidak mendapat kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dalam susu.

Peralatan pemerahan yang tidak steril dan tempat penyimpanan yang tidak bersih dapat menyebabkan tercemarnya susu oleh bakteri. Susu memerlukan penyimpanan dalam temperatur rendah agar tidak terjadi kontaminasi bakteri. Udara yang terdapat dalam lingkungan di sekitar tempat pengolahan merupakan media yang dapat membawa bakteri untuk mencemari susu. Pengolahan susu sangat dianjurkan untuk dilakukan di dalam ruangan tertutup.

Manusia yang berada dalam proses memerah dan mengolah susu dapat menjadi penyebab timbulnya bakteri dalam susu. Tangan dan anggota tubuh lainnya harus steril ketika memerah dan mengolah susu. Bahkan, embusan napas manusia ketika proses memerah dan mengolah susu dapat menjadi sumber timbulnya bakteri. Sapi perah dan peternak yang berada dalam sebuah peternakan harus dalam kondisi sehat dan bersih agar tidak mencemari susu. Proses produksi susu di tingkat peternakan memerlukan penerapan good farming practice seperti yang telah diterapkan di negara-negara maju.

Antisipasi

Dari berbagai penelitian dan pengalaman di beberapa negara tersebut sebenarnya Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), United States Food and Drug Administration (USFDA) dan beberapa negara maju lainnya telah menetapkan bahwa susu bubuk formula bayi bukanlah produk komersial yang steril.

Adapun susu formula cair yang siap saji dianggap sebagai produk komersial steril karena dengan proses pemanasan yang cukup. Dengan demikian, di bagian perawatan bayi NICU, USFDA menggunakan perubahan rekomendasi dengan pemberian susu bayi formula cair siap saji untuk penderita bayi prematur yang rentan terjadi infeksi. Sayangnya di Indonesia produk susu tersebut belum banyak dan relatif mahal harganya.

Rekomendasi lain yang harus diperhatikan untuk mengurangi risiko infeksi tersebut adalah cara penyajian yang baik dan benar. Di antaranya adalah menyajikan hanya dalam jumlah sedikit atau secukupnya untuk setiap kali minum untuk mengurangi kuantitas dan waktu susu formula terkontaminasi dengan udara kamar. Meminimalkan hang time atau waktu antara kontak susu dan udara kamar hingga saat pemberian. Waktu yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 4 jam. Semakin lama waktu tersebut meningktkan risiko pertumbuhan mikroba dalam susu formula tersebut.

Hal lain yang penting adalah memerhatikan dengan baik dan benar cara penyajian susu formula bagi bayi, sesuai instruksi dalam kaleng atau petunjuk umum. Peningkatan pengetahuan orangtua, perawat bayi, dan praktisi klinis lainnya tentang prosedur persiapan dan pemberian susu formula yang baik dan benar harus terus dilakukan.

Terlepas benar-tidaknya akurasi temuan tersebut, sebaiknya pemerintah dalam hal ini departemen kesehatan harus bertindak cepat dan tepat sebelum terjadi kegelisahan dan korban yang memakan jiwa. Sedangkan orangtua tetap waspada dan tidak perlu kawatir berlebihan ternyata temuan tersebut juga pernah dilaporkan oleh USFDA, tetapi tidak terjadi kasus luar biasa. Hal ini karena mungkin sebagian besar adalah kuman non-pathogen atau yang tidak berbahaya. Tetapi apa pun juga, jangan sampai terjadi banyak anak Indonesia terkorbankan hanya karena keterlambatan mengantisipasi keadaan.

Susu yang terkontaminasi penyebab infeksi:

Clostridium botulinum, satu kasus infeksi (Inggris, 2001) Enterobacter sakazakii, beberapa kasus (beragam negara) Salmonella agona, satu kasus infeksi (Perancis, 2005) Salmonella anatum, satu kasus infeksi (Inggris, 1996) Salmonella bredeney, dua kasus (Australia, 1977; Perancis, 1988)Salmonella ealing, satu kasus (Inggris, 1985) Salmonella london, satu kasus (Korea, 2000) Salmonella tennessee, satu kasus (Amerika Serikat, Kanada, 1993) Salmonella virchow, satu kasus (Spanyol, 1994)

Susu terkontaminasi bakteri di rumah sakit :

Citrobacter freundii, satu kasus Enterobacter sakazakii dan Leuconostoc mesenteroides, satu kasusEnterobacter sakazakii, beberapa kasus Escherichia coli, satu kasus Salmonella isangi, satu kasusSalmonella saintpaul, satu kasus Serratia marcescens, satu kasus.

(Dr Widodo Judarwanto SpA adalah dokter spesialis anak dari RS Bunda Jakarta, Klinik Kesulitan Makan, Jl. Rawasari Selatan 50, Cempaka Putih, Jakarta Pusat)

Sumber: kompas

Kamis, 10 Februari 2011

Formalin dan Resiko Kanker

Postingan kali ini, penulis akan share artikel tentang hubungan formalin dengan resiko kanker yang merupakan artikel yang pernah dibuat penulis dalam ujian Evidence Based Learning. Semoga bermanfaat....


Formalin dan Resiko Kanker

Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15 persen sebagai pengawet (Astawan,2006). Formalin banyak digunakan dalam dunia industri. Formaldehid memiliki banyak manfaat, seperti anti bakteri atau pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Dalam dunia fotografi biasaya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea, bahan pembuatan produk parfum, pengawet produk kosmetika, pengeras kuku dan bahan untuk insulasi busa. Formalin juga dipakai sebagai pencegah korosi untuk sumur minyak. Di bidang industri kayu sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood). Dalam konsentrasi yag sangat kecil (<1>

Akhir-akhir ini, masyarakat banyak menggunakan formalin sebagai bahan pengawet makanan seperti bahan tambahan tahu, mie dan lain sebagainya, padahal jenis pengawet tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (MenKes) Nomor 1168/MenKes/PER/X/1999, formalin merupakan bahan kimia yang penggunaannya dilarang untuk produk makanan (Nuryasin, 2006). Formalin tidak diperkenankan ada dalam makanan maupun minuman, karena dalam jangka panjang dapat memicu perkembangan sel-sel kanker. Formalin merupakan zat yang bersifat karsinogenik atau bisa menyebabkan kanker. Beberapa penelitian terhadap tikus dan anjing pemberian formalin dalam dosis tertentu jangka panjang secara bermakna mengakibatkan kanker saluran cerna seperti adenocarcinoma pylorus, preneoplastic hyperplasia pylorus dan adenocarcinoma duodenum. Penelitian lainnya menyebutkan peningkatan resiko kanker faring (tenggorokan), sinus dan cavum nasal (hidung) pada pekerja tekstil akibat paparan formalin melalui hirupan (Judarwanto,2006).

Sebuah lembaga internasional NCI (National Cancer Institute) mencatat terjadi peningkatan resiko kematian pada penderita kanker nasofaring dengan peningkatan kumulatif formaldehid. Penelitian ini dilakukan pada pekerja dengan paparan konsentrasi formaldehid yang tinggi selama satu tahun. Meskipun hasilnya tidak signifikan, para peneliti menganggap hal ini penting.

Dalam studi lain yang dilakukan oleh peneliti independen (Vaughan et al.) di kota Washington, membandingkan daerah pemukiman sementara yang terpapar formaldehid yang terkandung dalam bahan bangunan dengan kawasan industri yang berhubungan dengan resin dan perekat. Hasilnya menunjukkan bahwa paparan formaldehid mempengaruhi perkembangan kanker nasofaring pada manusia.

Paparan formaldehid dibagi menjadi beberapa macam: uap, asap, debu, awetan makanan, dan minuman beralkohol. Dari beberapa macam paparan tersebut, bentuk uap memiliki pengaruh resiko kanker nasofaring paling tinggi (Nolodewo dkk., 2007).

Pengaruh buruk formalin di sekitar kita harus diwaspadai dengan cara: sebisa mungkin memeriksa kualitas makanan berpengawet (dengan memperhatikan warna, aroma dan rasa), menggunakan alat-alat yang tidak mengandung formalin, bagi pekerja industri yang memakai formalin, agar tidak terhirup gunakan alat pelindung pernafasan, seperti masker, kain atau alat lainnya yang dapat mencegah kemungkinan masuknya formalin ke dalam hidung atau mulut. Lengkapi sistem ventilasi dengan penghisap udara (exhaust fan) yang tahan ledakan. Gunakan pelindung mata atau kacamata pengaman yang tahan terhadap percikan. Sediakan kran air untuk mencuci mata di tempat kerja yang berguna apabila terjadi keadaan darurat. Pencegahan paparan pada kulit sebaiknya menggunakan sarung tangan dan pakaian pelindung bahan kimia yang tahan terhadap bahan kimia. Hindari makan, minum dan merokok selama bekerja atau cuci tangan sebelum makan.

Meskipun dampaknya sangat berbahaya jika terakumulasi di dalam tubuh, sangatlah tidak bijaksana jika melarang penggunaan formalin. Banyak industri memerlukan formalin sehingga harus bijaksana dalam menggunakannya. Paling utama adalah dengan tidak menggunakannya pada makanan, karena masih ada pengawet makanan yang aman. Depkes atau Badan POM beserta instansi terkait harus mengawasi secara ketat dan terus menerus dalam masalah ini.

Capsaicin pada Cabe Dapat Membunuh Sel Kanker

Ngomongin Manfaat Cabe Nih....

Cabe yang tengah populer karena harganya meroket ternyata kaya manfaat. salah satunya karena senyawa yang terkandung di dalamnya.

Capsaicin adalah senyawa yang terdapat dalam cabe. senyawa ini dapat menimbulkan rasa pedas dan dapat menimbulkan iritasi pada kulit jika dalam kadar yang besar. capsaicin umumnya digunakanan sebagai bahan obat peringan rasa sakit seperti balsem otot dan krim peringan rasa nyeri. Ternyata, capsaicin ini dapat menghambat pertumbuhan sel kanker. Hasil studi menyebutkan bahwa terdapat bukti berbagai makanan pedas atau panas bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan kanker. Studi itu meneliti efektivitas capcaisin terhadap sel penderita kanker. Meskipun demikian, studi ini masih merupakan langkah pertama.

Dalam penelitian lain menggunakan tikus yang diberikan capsaicin (salah satu kandungan pada cabai), Sanjay Srivastava dari Universitas Pittsburgh School of Medicine, AS, mendapati bahwa capsaicin ternyata dapat mematikan sel kanker pankreas. Capsaicin membuat sel-sel kanker mati dan memiliki kemampuan memperkecil ukuran tumor. (kompas)

Kanker pankreas merupakan salah satu jenis kanker yang sangat serius. Kanker pankreas berkembang ketika sel-sel kanker terbentuk pada jaringan-jaringan pankreas. belum diketahui penyebab pasti dari kanker pankreas, namun para ahli menduga bahwa merokok adalah aktivitas yang dapat mempertinggi resiko kanker pankreas. Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa ternyata mengonsumsi softdrink juga dapat menggandakan resiko terkena kanker pankreas. (www.kapanlagi.com)

jadi, untuk penggemar sambal, berbahagialah karena anda mempunyai resiko lebih kecil terkena kanker pankreas. (belum tentu sih hehe...tergantung pola hidup juga).